Halaman

Rabu, 11 April 2012


Terapi Lintah untuk Diabetes

Pada saat ini, Diabetes adalah salah satu penyakit kronis paling lazim di dunia. Jutaan orang telah didiagnosa menderita Diabetes dan trend penyakit ini dari hari ke hari makin meningkat. Penelitian di Amerika pada tahun 2009 lalu menempatkan Diabetes sebagai 1 dari 10 penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan paling mahal. Mantan Presiden Indonesia ke – 4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pun didiagnosa menderita penyakit berbahaya ini, hingga menyebabkan wafatnya beliau.

 
Diabetes sendiri disebabkan kondisi gagalnya pankreas memproduksi insulin yang cukup. Diabetes yang banyak menyerang adalah tipe 1 dan 2. Diabetes tipe 1 biasanya awal masa kanak-kanak, di mana terdapat penipisan insulin absolut. Sedangkan diabetes tipe 2, serangan biasanya di usia dewasa sekitar usia 45 tahun atau lebih; di mana produksi insulin terjadi, tetapi jumlah insulin yang diproduksi tidak mencukupi.
Ketika kita memakan sesuatu, maka zat gula yang dimakan akan berubah menjadi glukosa, lalu memasuki aliran darah dan didistribusikan ke sel-sel tubuh kita. Glukosa adalah “makanan” yang memberi energi bagi berfungsinya sel kita dan insulin sangat penting untuk menghancurkan glukosa ke dalam bentuk yang dapat digunakan sel-sel kita. Tanpa insulin atau dengan terlalu sedikit insulin, glukosa tidak akan diserap oleh sel-sel kita, pada akhirnya menyebabkan sedikit atau tidak adanya energi.
Pada kondisi demikian, glukosa tetap di dalam darah dan menyebabkan penebalan pembuluh, yang dapat membuat komplikasi di dalam tubuh. Pengangkutan darah dari satu organ ke yang lain memerlukan lebih banyak usaha, yang mengakibatkan dinding pembuluh menebal dan menjadi kurang fleksibel. Hati juga menjadi di paksa lebih banyak bekerja untuk memompa darah ke seluruh tubuh lebih berat, pembuluh darah menebal dan lebih susah dilewati. Ini akhirnya menyebabkan komplikasi pada organ utama seperti serangan stroke, serangan jantung maupun emboli paru-paru.
Salah satu cara yang efektif mengobati diabetes adalah dengan terapi Lintah  atau Hirudo Theraphy. Sebagaimana diketahui, pada saat lintah menggigit, maka lintah akan mengeluarkan bermacam zat. Salah satu dari zat tersebut adalah hirudin yang mempunyai fungsi anti koagulan dan melancarkan aliran darah.
Pada pasien diabetes dengan kekentalan darah tinggi, zat ini akan membantu mencegah pembekuan darah, mengencerkan dan melancarkan aliran darah pasien. Manfaat lainnya, darah lebih mudah beredar dan berkurangnya tekanan pada jantung dan pembuluh darah secara signifikan. Zat-zat lain pada liur lintah akan memberikan kontribusi pada perbaikan dan normalisasi sirkulasi kapiler. Ada juga zat lain yang menghasilkan analgesik alami, memberikan sifat antibakteri, menurunkan tekanan darah dan mempunyai efek anti inflamasi.
Salah satu penterapis, Muhyidin, di Kauman Jogja menggunakan lintah untuk terapi diabetes. Muhyidin dapat memiliki keahlian ini berdasarkan kejadian yang menimpanya sendiri. Dimana setelah 10 tahun menderita diabetes, ia di vonis, kakinya harus diamputasi oleh Dokter. Sesuai informasi temannya, Muhyidin menggunakan lintah untuk mengobati kakinya. Ajaib! setelah beberapa saat pengobatan, dia tidak merasakan sakit lagi bahkan walau meminum air gula sekalipun. Dan akhirnya sembuh sama sekali dari diabetes yang dideritanya.
Dalam diabetes,  perawatan jari tangan dan kaki pada penderita sangat penting dan karena sirkulasi darah diabetes dapat lamban, di mana kadang-kadang darah tidak mampu sepenuhnya menembus kapiler, tubuh tidak bisa menyembuhkan luka kecil, atau lebih buruk lagi, nekrosis atau matinya jaringan. Hal ini dapat menyebabkan diamputasinya jari, kaki atau anggota badan lain yang diperlukan untuk menghentikan penyebaran pembusukan akibat diabetes ke bagian tubuh yang lain. Terapi lintah telah diketahui berabad-abad dalam meningkatkan sirkulasi di bagian distal tubuh yakni kaki. Efek pemulihan hirudotherapy menghasilkan peningkatan sirkulasi mikro yang sangat penting dalam mencegah amputasi jari tangan dan kaki seperti pada kasus Muhyidin diatas.
Sumber : www.thejakartapost.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar